NAMA : LA INYO
NPM : 17 630 007
BESAR SAMPEL DAN SUMBER DATA
A. Definisi
Populasi adalah wilayah
generalisasi berupa subjek atau objek yang diteliti untuk dipelajari dan diambil
kesimpulan. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti.
Dengan kata lain, sampel
merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga
hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada
populasi.
B. Ukuran Sampel
Untuk menentukan sampel
dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para
ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal
untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian
eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk
penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.
Besaran atau ukuran sampel
ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau kesalahan
yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian
sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat
kesalahan maka makin kecil sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah
semakin besar sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil
peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil sampel (menjauhi
jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.
Beberapa rumus untuk
menentukan jumlah sampel antara lain :
1. Formula Slovin (dalam Riduwan, 2005:65)
n = N/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d
= nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi
adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah
sampel yang digunakan adalah :
n = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
2. Formula Jacob Cohen (dalam
Suharsimi Arikunto, 2010:179)
N = L / F^2 + u + 1
Keterangan :
N = Ukuran sampel
F^2 = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari tabel
Keterangan :
N = Ukuran sampel
F^2 = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari tabel
Power (p) = 0.95 dan Effect
size (f^2) = 0.1
Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76
maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel
N = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203
Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76
maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel
N = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203
3. Ukuran Sampel berdasarkan
Proporsi (Tabel Isaac dan Michael)
Tabel penentuan jumlah
sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan penentuan jumlah sampel
berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat
secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan
tingkat kesalahan yang dikehendaki.
4. Cohran’s Formula
Data Continues
N = (t^2) * (s^2) / (d^2)
dimana, N = ukuran sampel,
t = nilai t berdasarkan alpha tertentu, s = standard deviasi dari populasi, dan
d = margin error
Contoh :
(1.96)^2 (1.167)^2 /
(7*.03)^2
= 118
= 118
Data Kategori
N = (t)^2 * (p)(q) / (d)^2
Dimana, N = ukuran sampel,
t = nilai t berdasarkan alpha tertentu, (p)(q) = estimate of variance, d =
margin of error yang diterima
Contoh :
(1.96)^2(0.5)(0.5) / (.05)
^ 2 = 384
5. Formula Lemeshow Untuk
Populasi tidak diketahui
n = Z^2 P(1− P)/d^2
dimana
z = 1.96
p = maximal estimasi = 0.5
d = alpha (0.05)
Dengan demikian
1.96^2 . 0.5 (1-0.5) / 0.05^2
= 384
dimana
z = 1.96
p = maximal estimasi = 0.5
d = alpha (0.05)
Dengan demikian
1.96^2 . 0.5 (1-0.5) / 0.05^2
= 384
Dan berbagai metode untuk
menentukan ukuran sampel lainnya..
C. Teknik Pengambilan Sampling
Teknik sampling merupakan
teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu probability
sampling dan non probability sampling.
Dalam pengambilan sampel
cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas elemen populasi untuk
terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam pengambilan sampel dengan
cara nonprobability besarnya peluang elemen untuk ditentukan sebagai sampel
tidak diketahui. Menurut Sekaran (2006), desain pengambilan sampel dengan cara
probabilitas jika representasi sampel adalah penting dalam rangka generalisasi
lebih luas. Bila waktu atau faktor lainnya, dan masalah generalisasi tidak
diperlukan, maka cara nonprobability biasanya yang digunakan.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap
anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel random
sampling, sistematis sampling, proportioate stratified random sampling,
disproportionate stratified random sampling, dan cluster sampling
·
Simple random sampling
Teknik adalah teknik yang
paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan
tingkatan yang ada dalam populasi.
Misalnya :
Populasi adalah siswa SD
Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan
Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5% sehingga
jumlah sampel ditentukan sebesar 205.
Jumlah sampel 205 ini
selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan jenis kelamin.
·
Sampling Sistematis
Adalah teknik sampling yang
menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan nomor yang
ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan
urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contohnya :
Akan diambil sampel dari
populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan dari 1 – 125
berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan
nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga
mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dst)
·
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama
dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya memperhatikan strata
(tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah
karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat contoh di atas) dan
tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri terbagi
ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing
berjumlah :
Marketing : 15
Produksi
: 75
Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang
diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan kembali dengan
rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang
ditentukan
Marketing : 15 / 125
x 95 = 11,4
dibulatkan 11
Produksi
: 75 / 125 x
95 = 57
Penjualan : 35 / 125
x 95 = 26.6
dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan
sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya
digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis) yang
dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada
masing-masing strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh
·
Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified
random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan proportionate stratified
random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidakproporsionalan
penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata
namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan
PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP,
SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang
berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil dibandingkan
dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan
sebagai sampel
·
Cluster Sampling
Cluster sampling atau
sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat luas misalnya
penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di
seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah
populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample
yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik
proporsional stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja
berbeda.
Contoh :
Peneliti ingin mengetahui
tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian
adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi
dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan
sebagai berikut :
Tahap Pertama adalah
menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan
dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua. Mengambil
sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel
provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak
SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten
Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan
sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini
diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
2. Non Probabilty Sampel
Non Probability artinya
setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama
sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini antara
lain : Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling
Purposive, Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling.
·
Sampling Kuota,
Adalah teknik sampling yang
menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai
jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru. Jumlah
Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa
per sekolah.
·
Sampling Insidential,
Insidential merupakan
teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan
(insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik
sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya penelitian tentang
kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan berdasarkan
ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa
saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas
15 tahun) akan dijadikan sampel.
·
Sampling Purposive,
Purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak
dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya
tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli
mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang
pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih
renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya
dilakukan pada penelitian kualitatif.
·
Sampling Jenuh,
Sampling jenuh adalah
sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap
kecil atau kurang dari 100. Saya sendiri lebih senang menyebutnya total sampling.
Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya
35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.
·
Snowball Sampling
Snowball sampling adalah
teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus membesar ibarat
bola salju (seperti Multi Level Marketing….). Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah
5 orang Napi, kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau
responden teruuus berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas
permasalahan yang diteliti.
Teknik ini juga lebih cocok
untuk penelitian kualitatif.
C. Yang perlu diperhatikan
dalam Penentuan Ukuran Sampel
Ada dua hal yang menjadi
pertimbannga dalam menentukan ukuran sample. Pertama ketelitian (presisi) dan
kedua adalah keyakinan (confidence).
Ketelitian mengacu pada
seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi. Keyakinan adaah
fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan sampel dari
rata-rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error, disimbolkan
dengan S-x
Semakin dekat kita
menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik populasi, maka
semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi ketelitian, maka
semakin besar ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika variabilitas dalam
populasi tersebut besar.
Sedangkan keyakinan
menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar berlaku bagi
populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 – 100%. Keyakinan 95%
adalah tingkat lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari
keyakinan 95% (alpha 0.05) ini adalah “setidaknya ada 95 dari 100, taksiran
sampel akan mencerminkan populasi yang sebenarnya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar