NAMA : LA INYO
NPM : 17630007
UJI ANOVA ,DAN UJI BEDA RATA – RATA
Ada 3 jenis analisis data : univariat, bivariat dan multivariat. Bivariat
berarti 2 variabel. Dalam posisi kerangka konsep penelitian, 2 variabel
tersebut menempati posisi 1 variabel sebagai variabel independen (mempengaruhi)
dan 1 variabel sebagai dependen variabel (variabel terpengaruh). Dalama
analisis dua sisi (2 side) tidak dapat ditentukan mana variabel independen dan
mana variabel dependen. Peneliti sendiri yang menterjemahkan variabel tersebut.
Analisis data menggunakan komputer, bila kedua variabel tersebut diputar -
letakkan, maka hasilnya akan sama (bukti).
Berdasarkan bentuk data (kategorik/numerik), maka ada 4 kemungkinan pasangan
variabel yang akan diuji dalam analisis bivariate, yaitu :
1. Kategoriikk - kategorik
2. Kategorik - numerik
3. Numerik - kategorik, dan
4. Numerik - numerik
2. Kategorik - numerik
3. Numerik - kategorik, dan
4. Numerik - numerik
·
Numerik
Data
Data numerik adalah
data metric atau data yang merupakan hasil pengukuran. Jika data
hasil pengukuran eksakta menghasilkan data metrik murni (pure metric data),
maka pada pengukuran sosial – humaniora, data yang dihasilkan bukan data metrik
murni.
Pada pengukuran
sosial-humaniora, suatu variabel dikonstruk sedemikian rupa dalam beberapa
indikator yang kemudian menjadi dasar pembuatan item pengukuran. Pada
setiap item disediakan beberapa pilihan jawaban yang pada dasarnya berbentuk
kategorik ordinal. Untuk jawaban yang dipilih pada setiap indikator diubah
ke bentuk angka yang disebut scoring. Meskipun kelihatannya sama,
namun istilah coding dan scoring berbeda, yaitu:
Coding
|
Scoring
|
Diterapkan pada variabelmanifest, dimana setiap
variabel hanya mengandung 1 item
|
Diterapkan pada variabel laten yang dikonstruk
dari beberapa variabelmanifest (indikator), dimana setiap variabel
mengandung beberapa item
|
Hasil coding per item dapat dianalisis
langsung, karena setiap item mewakili 1variabel
|
Hasil scoring per item tak boleh
dianalisis langsung, tapi harus dijumlahkan dengan score item-item
lain yang mewakili variabel yang sama.
|
Data yang dihasilkan merupakan data kategorik baik
nominal maupun ordinal
|
Data yang dihasilkan adalah data interval atau
data ordinal yang diperlakukan sebagai data interval
|
Catatan: Data yang didapat sebagai penjumlahan
skor-skor seluruh item pada suatu konstruk variabel laten dimasukkan dalam
klasifikasi data interval. Namun ada yang merasa ragu dengan konsep scoring dan coding di
atas, ”Apakah data ordinal yang dijumlahkan dapat menghasilkan data interval?”.
Karena itu dalam konteks seperti ini, jumlah
skor-skor dari suatu konstruk dinyatakan diperlakukan sebagai data interval (threat
as interval), meski sebenarnya dianggap bukan data interval.
1) Numerik Ordinal
Data numerik ordinal adalah data yang berupa angka
yang menunjukkan urutan.
Contoh:
a) urutan antrian
b) urutan tempat duduk
c) urutan nomor rumah
d) urutan kemunculan
bentuk khusus data numerik ordinal ini adalah data
ranking (rank –order), yaitu data yang dihasilkan dari pengurutan data
interval atau rasio baik secara meningkat (ascending) maupun menurun (descending).
Seperti data kategorik ordinal, operasi matematika
tak dapat dilakukan pada data ini.
Contoh: Tidak dapat dikatakan bahwa; ranking 3
– ranking 2 = ranking 1
Juga tidak dapat dikatakan bahwa; 2 x kali ranking 1
= ranking 2.
2) Numerik Interval
Data numerik interval
selain mengandung unsur urutan juga memiliki unsur kesamaan jarak antar
urutan. Karena itulah operasi bilangan dapat dilakukan.
Contoh: 40° C – 30° C = 10°C
40° C adalah 2x lebih panas dari 20° C.
Namun data numerik interval tidak memiliki 0 yang
absolut.
Contoh: 0° C = 32° F
Siswa yang mendapat nilai 0 pada tes Statistika
tidak dapat diartikan bahwa yang bersangkutan tidak memiliki pengetahuan sama
sekali tentang Statistika.
Kesamaan jarak ukuran ini yang sulit dijamin pada
suatu pengukuran sosial – humaniora. Karena itulah hasil pengukuran sosial
– humaniora dianggap bukan data interval, tetapi data ordinal yang diperlakukan
sebagai data interval.
Data numerik interval ini dapat diubah menjadi data:
a) numerik ordinal, dengan cara me-ranking-nya
b) kategorik ordinal, dengan cara
mengkategorikannya.
3) Numerik Rasio
Data numerik rasio
adalah data yang selain mengandung unsur urutan, memiliki jarak ukuran yang
sama, serta memiliki nilai 0 absolut.
Contoh: Jika tidak ada sesuatu yang diletakkan
di atas timbangan emas, maka angka digital yang tertera tetap angka 0,00.
Seperti data numerik interval, data numerik rasio
ini dapat diubah menjadi data:
a) numerik ordinal, dengan cara me-ranking-nya
b) kategorik ordinal, dengan cara
mengkategorikannya.
Oleh karena arah pengujian dalam analisis 2 sisi tidak dapat ditentukan, maka
jenis ketiga dan keempat ujinya sama.. Untuk uji kategorik-kategorik disebut uji
beda proporsi, untuk uji no.2 dan 3 disebut uji beda rata-rata, dan
uji keempat uji korelasi bivariat. Uji beda rata-rata terbagi 2 jenis :
jika 2 rata-rata uji t-test dan apabila lebih dari 2 rata uji Anova.
Pengujian / analisis data mengacu kepada tujuan penelitian. Dengan demikian,
analisis data adalah sebuah upaya menggunakan statistik untuk menjawab tujuan
penelitian. Ada beberapa langkah melakukan pengujian data yang mengacu kepada
tujuan penelitian pada uji bivariate. Langkah-langkah pengujian ini disusun
oleh penulis untuk memperkuat pemahaman bahwa statistik hanyalah sebuat alat
bantu untuk mengambil keputusan atau kesimpulan. Artinya, tanpa statistik
sebenarnya kesimpulan bisa diambil. Akan tetapi untuk lebih meyakinkan
atau apabila secara visuals sulit mengambil kesimpulan, maka digunakanlah
statistik (uji). Dengan kata lain pemilihan jenis uji statistik disesuaikan
dengan bentuk data, bukan sebaliknya data yang menyesuaikan dengan uji
yang akan digunakan. Pada penjelasan berikut ini, tujuan penelitian sudah ada
sebelumnya (pada proposal penelitian).
Anova (analysis of varian) digunakan
untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelompok. Misalnya
kita ingin mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata lama hari dirawat antara
pasien kelas VIP, I, II, dan kelas III. Anova mempunyai dua jenis yaitu
analisis varian satu faktor (one way anova) dan analsis varian dua
faktor (two ways anova). Pada kesempatan ini hanya akan dibahas analisis
varian satu faktor.
Uji
Beda 2-Rata-rata (t-test)
·
Pengertian
Di bidang kesehatan sering kali kita harus membuat kesimpulan apakah suatu
intervensi berhasil atau tidak. Untuk mengukur keberhasilan tersebut kita harus
melakukan uji untuk melihat apakah parameter (rata-rata) dua populasi tersebut
berbeda atau tidak. Misalnya, apakah ada perbedaan rata-rata tekanan darah
populasi intervensi (kota) dengan populasi kontrol (desa). Atau, apakah ada
perbedaan rata-rata berat badan antara sebelumdengan sesudah mengikuti program
diet. Sebelum kita melakukan uji statistik dua kelompok data, kita perlu
perhatikan apakah dua kelompok data tersebut berasal dari dua kelompok yang
independen atau berasal dari dua kelompok yang dependen/berpasangan. Dikatakan
kedua kelompok data independen bila populasi kelompok yang satu tidak
tergantung dari populasi kelompok kedua, misalnya membandingkan rata-rata
tekanan darah sistolik orang desa dengan orang kota. Tekanan darah orang kota
adalah independen (tidak tergantung) dengan orang desa. Dilain pihak, dua
kelompok data dikatakan dependen/pasangan bila datanya saling mempunyai
ketergantungan, misalnya data berat badan sebelum dan sesudah mengikuti program
diet berasal dari orang yang sama (data sesudah dependen/tergantung dengan data
sebelum).
Konsep
Uji Beda Dua Rata-rata
Uji beda rata-rata dikenal juga dengan nama uji-t (t-test ). Konsep
dari uji beda rata-rata adalah membandingkan nilai rata-rata beserta selang
kepercayaan tertentu (confidenceinterval) dari dua populasi. Prinsip pengujian
dua rata-rata adalah melihat perbedaan variasikedua kelompok data. Oleh karena
itu dalam pengujian ini diperlukan informasi apakah varian kedua kelompok yang
diuji sama atau tidak. Varian kedua kelompok data akan berpengaruh pada nilai
standar error yang akhirnya akan membedakan rumus pengujiannya.Dalam
menggunakan uji-t ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syarat/asumsi utama
yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji-t adalah data harus berdistribusi
normal.Jika data tidak berdistribusi normal, maka harus dilakukan transformasi
data terlebih dahulu untuk menormalkan distribusinya. Jika transformasi yang
dilakukan tidak mampu. menormalkan distribusi data tersebut, maka uji-t
tidak valid untuk dipakai, sehingga disarankan untuk melakukan uji
non-parametrik seperti Wilcoxon (data berpasangan) atauMann-Whitney U
(datindependen).Berdasarkan karakteristik datanya maka uji beda dua rata-rata
dibagi dalam dua kelompok, yaitu: uji beda rata-rata independen dan uji beda
rata-rata berpasangan.
Ø Aplikasi Uji-t Dependen pada Data
Berpasangan
Uji-t untuk data berpasangan berarti setiap subjek diukur dua kali. Misalnya sebelum
dan sesudah dilakukannya suatu intervensi atau pengukuran yang dilakukan
terhadap pasangan orang kembar. Dalam contoh ini akan membandingkan data
sebelum dengan sesudah intervensi. Dalam BAYI95.SAV sudah ada data berpasangan
yaitu pengukuran berat badan ibu yang dilakukan sebelum hamil. Sebelum
merencanakan kehamilan, subjek melakukan penyesuaian diet (mengikuti
program makanan tambahan) selama 2 bulan.Pengukuran berat badan yang pertama
(BBIBU_1) dilakukan sebelum kegiatan penyesuaian diet dilakukan, dan pengukuran
berat badan yang kedua (BBIBU_2) dilakukan setelah dua bulan menjalani
penyesuaian diet.Kita akan melakukan uji hipotesis untuk menilai apakah ada
perbedaan berat badan ibu antara sebelum dengan sesudah mengikuti program diet,
langkah-langkahnya sebagaiberikut.1. Bukalah file BAYI95.SAV, sehingga data
tampak di Data editor window.
2. Dari menu utama, pilihlah: (pada
SPSS 10.0)
< Compare Mean
< Paired-Sample T-test
3.Pilih variabel BBIBU_1
danBBIBU_2
dengan cara mengklik masing-masing
variable tersebut.
Kemudian klik tanda
<untuk
memasukkannya ke dalam kotak Paired-Variables.
4. Pada menu “
Options
pilihlah derajat
kepercayaan yang diinginkan, misalnya 95%.Kemudian pilih
Continue
Klik OK
Ø Aplikasi Uji-t pada Data
Independen
Uji-t untuk data independen dilakukan terhadap dua kelompok data yang tidak
saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Misalnya membandingkan kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol atau kelompok ibu-ibu perokok dengan ibu-ibu
bukan perokok adalah dua kelompok yang tidak saling berkaitan.Pada analisis ini
kita akan melihat apakah ada perbedaan berat bayi yang lahir dari ibu perokok
dengan bayi yang lahir dari ibu bukan perokok. Kita akan melakukan uji
hipotesis apakah ada perbedaan rata-rata berat bayi yang lahir dari ibu bukan
perokok dengan rata-rata berat bayi yang lahir dari ibu perokok, dengan
langkah-langkah sebagai berikut.1. Bukalah file BAYI95.SAV, sehingga data
tampak di Data editor window.2.
UJI ANALISIS VARIANSI (ANOVA)
Beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada uji Anova adalah:
Beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada uji Anova adalah:
- Sampel berasal dari kelompok
yang independen
- Varian antar kelompok harus
homogen
- Data masing-masing kelompok
berdistribusi normal
Asumsi pertama harus dipenuhi pada saat pengambilan sampel yang dilakukan
secara random terhadap beberapa (> 2) kelompok yang independen, yang mana
nilai pada satu kelompok tidak tergantung pada nilai di kelompok lain.
Sedangkan pemenuhan terhadap asumsi kedua dan ketiga dapat dicek jika data
telah dimasukkan ke komputer, jika asumsi ini tidak terpenuhi dapat dilakukan
transformasi terhadap data. Apabila proses transformasi tidak juga dapat
memenuhi asumsi ini maka uji Anova tidak valid untuk dilakukan, sehingga harus
menggunakan uji non-parametrik misalnya Kruskal Wallis.
Uji Anova pada prinsipnya adalah melakukan analisis variabilitas data menjadi dua sumber variasi yaitu variasi didalam kelompok (within) dan variasi antar kelompok (between). Bila variasi within dan between sama (nilai perbandingan kedua varian mendekati angka satu), maka berarti tidak ada perbedaan efek dari intervensi yang dilakukan, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan tidak ada perbedaan. Sebaliknya bila variasi antar kelompok lebih besar dari variasi didalam kelompok, artinya intervensi tersebut memberikan efek yang berbeda, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan menunjukkan adanya perbedaan.
Berdasarkan
banyaknya variable bebas-nya, Analisis Variansi Univariate dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu
1.
Analisis
Variansi Univariate Satu Jalan
Analisis
ini digunakan jika suatu eksperimen mempunyai satu variable terikat dan satu
variabel bebas
2.
Analisis
Variansi Univariate Dua Jalan
Analisis ini digunakan jika suatu eksperimen mempunyai
satu variable terikat dan dua variabel bebas
3.
Analisis
Variansi Univariate Tiga Jalan
Analisis ini digunakan jika suatu eksperimen mempunyai
satu variable terikat dan tiga variabel bebas
Berdasarkan banyaknya variable bebas-nya, Analisis
Variansi Multivariate juga dibagi menjadi 3 bagian yaitu
1.
Analisis
Variansi Multivariate Satu Jalan
Analisis
ini digunakan jika suatu eksperimen mempunyai lebih dari satu variable terikat
dan satu variabel bebas
2.
Analisis
Variansi Multivariate Dua Jalan
Analisis ini digunakan jika suatu eksperimen mempunyai
lebih dari satu variable terikat dan dua variabel bebas
3.
Analisis
Variansi Multivariate Tiga Jalan
Analisis
ini digunakan jika suatu eksperimen mempunyai lebih dari satu variable terikat
dan tiga variabel bebas
Rumus uji Anova adalah sebagai
berikut :
DF = Numerator (pembilang) = k-1, Denomirator (penyebut) = n-k
Di mana varian between :
Dimana rata-rata gabungannya :
Sementara varian within :
KETERANGAN :
Sb = varian between
Sw = varian within
Sn2 = varian kelompok
X = rata-rata gabungan
Xn = rata-rata kelompok
Nn = banyaknya sampel pada kelompok
k = banyaknya kelompok
DF = Numerator (pembilang) = k-1, Denomirator (penyebut) = n-k
Di mana varian between :
Dimana rata-rata gabungannya :
Sementara varian within :
KETERANGAN :
Sb = varian between
Sw = varian within
Sn2 = varian kelompok
X = rata-rata gabungan
Xn = rata-rata kelompok
Nn = banyaknya sampel pada kelompok
k = banyaknya kelompok
Dalam materi uji beda rata-rata ini memang ada kaitannya dengan uji anova tapi alangkah baiknya uji anova ini masuk dalam rps ke 9. Sehingga saran saya uji beda rata-rata dan uji anova tidak perlu di satukan dalam satu materi atau rps. Sehingga tidak membingunkan kami. Terimah kasih
BalasHapus